rss
email
twitter
facebook

About me...

Seorang anak desa yang juga besar di desa namun mempunyai kesempatan untuk kuliah di kota. Aku kuliah di Jurusan Arsitektur, Universitas Hasanuddin Makassar. Walaupun satu pulau masih banyak temen2 kuliah yang gak tau di mana asalku, mereka pikir aku tinggal di pulau lain,bahkan negara lain hehe berlebihan, mancung juga nggak. Kuliah merupakan salah satu pengalaman terbaik selama hidupku, dengan teman teman yang baik, pergaulan yang penuh konflik namun tetap menyenangkan, pengalaman bekerja yang lumayan, dan kehidupan percintaan yang penuh warna suiiit, suiiit. Eiitts tapi ini bukan cerita tentang pengalaman masa kuliahku bro, ntar kalian pikir ini ngikutin buku “Kuch kuch lebai hai”, beda dong. Mentang-mentang sama-sama anak arsitek, no way!
Lanjuuut, 5 tahun waktu yang ku butuh hingga akhirnya mampu menyelesaikan kuliah, dengan sedikit perjuangan  nyaris tidak masuk studio karena keterlambatan beberapa persyaratan, yang sempat bikin frustasi, tapi yaa mau di apa lagi, jalani sajalah. toh akhirnya selesai juga, dengan pengalaman nyaris tidak ikut ujian dan nyaris tidak dapat  A hehe. 
Next is face the real world, cuma modal ijazah kayanya gak cukup untuk hidup menurutku, makanya 3 tawaran pekerjaan di Makassar ku tolak untuk membuka usaha warung kopi kecil di Sorowako, my lovely home town. Selain itu pula tawaran untuk bekerja di sebuah perusahaan tambang nikel besar yang mampu menghidupkan desaku lebih menggiurkan. Sambil memasukkan lamaran, usaha mulai kumulai,dari bertukang hingga memasak, tidak lancar dan juga tidak mulus. Bekerja sama dengan saudaraku, dan dengan sedikit modal dan dorongan semangat yang besar dari orang tuaku, akhirnya usaha ini berjalan dan mulai dikenal.
Tawaran pekerjaan pertama di sorowako datang dari pamanku, yang punya relasi di pemerintahan daerah, sebagai Tim Bantuan Teknis. Sekelompok alumni yang bekerja sama dalam mengontrol pembangunan di Kabupaten Luwu Timur. Tanpa tes, hanya membawa berkas and Lets get the party started. Di TBT hanya bertahan beberapa bulan, bukan karena gajinya sih, tapi emang bukan gua banget sih nungguin kerjaan sambil nyelesaiin pekerjaan orang, atau datang duduk diam dengar dan pulang.
Akhirnya aku kembali menjalani keseharianku sebagai penjual kopi sambil mengerjakan beberapa project arsitek di sana sini. Penghasilannya tak banyak sih tapi lumayanlah, dan yang paling penting buat aku bahagia setiap mengerjakannya. 

Hingga akhirnya tawaran bekerja di luar negeri datang dengan posisi sebagai designer di sebuah perusahaan EO yang di miliki oleh orang arab berkebangsaan Yaman, dengan modal nekat dan keinginan yang besar untuk merasakan pengalaman bekerja dengan orang asing langsung ku sikat.
Kerasnya perjuangan untuk bertahan membuat sesorang mampu lebih memahami arti hidup, dan arti orang-orang di sekitar kita, keluarga kita bahkan teman2 kita dan hingga saat ini aku masih terus bertahan dan berusaha untuk tetap mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan.